Piala Dunia adalah kompetisi paling bergengsi dalam dunia sepakbola internasional. Turnamen yang diselenggarakan setiap empat tahun ini selalu dinanti kehadirannya oleh jutaan pecinta sepakbola di berbagai penjuru bumi. Tak heran, Piala Dunia selalu menyajikan drama yang menawan sekaligus melahirkan pemain-pemain muda berbakat.
Dalam artikel ini, IlmuBola akan menyajikan daftar pemain muda terbaik Piala Dunia dari masa ke masa. Pemain muda terbaik mulai dari Piala Dunia 1958 hingga 2002 dipilih melalui polling internet yang diselenggarakan oleh FIFA, dan penghargaan ini resmi diberikan oleh FIFA sejak Piala Dunia 2006. Untuk masuk dalam kategori pemain muda, seorang pesepakbola tidak boleh berusia lebih dari 22 tahun saat suatu turnamen Piala Dunia berlangsung. Langsung saja, berikut daftarnya:
1958: Pele (Brazil)
Pele dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Dunia 1958 ketika ia berhasil membawa Brazil menjuarai turnamen ini dalam usia yang masih muda, 17 tahun. Walaupun masih muda, ia sudah dipercaya sebagai striker utama tim Samba. Tak hanya itu, Pele juga memecahkan berbagai rekor, seperti "pemain termuda yang mencetak gol dalam sejarah Piala Dunia" dan "pemain termuda yang berhasil mencetak hattrick dalam turnamen Piala Dunia."
Dalam turnamen ini, Pele berhasil mencetak enam gol, membuatnya menjadi top skorer kedua di bawah Just Fontaine dari Perancis. Penampilan Pele tersebut hingga saat ini dianggap sebagai penampilan terbaik seorang pemain muda dalam Piala Dunia. Ia tak hanya sukses secara individu, namun juga berhasil meraih trofi bersama timnya. Piala Dunia 1958 adalah langkah awal yang nantinya membuat Pele dikenal sebagai salah satu
striker Brazil terbaik sepanjang masa.
1962: Florian Albert (Hungaria)
Florian Albert adalah penyerang Hungaria yang berhasil meraih gelar Golden Boot (top skorer turnamen) dalam Piala Dunia 1962 di Chile. Walaupun negaranya hanya melaju sampai babak perempat final, Albert yang saat itu masih berusia 20 tahun berhasil menunjukkan permainan yang sangat memukau. Ia dianggap menunjukkan permainan yang elegan, penuh skill, dan indah. Penampilan terbaiknya adalah saat mencetak hattrick di penyisihan grup dan membawa Hungaria mengalahkan Bulgaria dengan skor 6-1.
1966: Franz Beckenbauer (Jerman Barat)
Walaupun masih berusia 20 tahun, Franz Beckenbauer sudah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa di turnamen Piala Dunia 1966. Ia berhasil membawa negaranya melaju hingga babak final sebelum dikalahkan Inggris melalui babak extra time. Walaupun berposisi sebagai libero, Beckenbauer menunjukkan bahwa ia tetap produktif dalam mencetak gol. Dalam turnamen ini, ia menjadi top skorer ketiga dengan total empat gol.
1970: Teofilo Cubillas (Peru)
Piala Dunia 1970 di Meksiko menjadi saksi kehebatan penyerang Peru, Teofilo Cubillas yang saat itu masih berusia 21 tahun. Cubillas berhasil membawa Peru melaju hingga babak perempat final dan mencetak setiap gol dari semua pertandingan yang diikutinya. Lima gol yang dicetaknya dalam turnamen ini membuat Cubillas menjadi top skorer ketiga. Sayang, aksi briliannya harus terhenti ketika Peru dikalahkan oleh Brazil di babak perempat final dengan skor 2-1.
1974: Wladyslaw Zmuda (Polandia)
Defender asal Polandia ini menuai banyak pujian ketika ia bermain di Piala Dunia 1974 yang diselenggarakan di Jerman Barat. Ia menunjukkan penampilan yang cukup solid di lini pertahanan, membawa negaranya menduduki peringkat ketiga dalam turnamen. Penampilan terbaiknya terjadi dalam babak penyisihan grup, di mana Zmuda mampu membawa negaranya mengalahkan dua tim favorit, Italia dan Argentina. Sepanjang karirnya bersama timnas Polandia, Zmuda tampil dalam empat turnamen Piala Dunia.
1978: Antonio Cabrini (Italia)
Bek kiri asal Italia ini menjadi pemain terbaik Piala Dunia 1978 dalam usia 20 tahun. Ia berhasil mengantarkan negaranya mencapai babak semifinal. Walaupun tidak mencetak gol, Cabrini berhasil menunjukkan permainan yang luar biasa. Ia sangat tangguh dalam bertahan dan rajin dalam membantu penyerangan. Empat tahun setelah turnamen ini, Cabrini berhasil meraih prestasi yang lebih besar dengan membawa Italia menjuarai Piala Dunia 1982.
1982: Manuel Amoros (Perancis)
Manuel Amoros adalah seorang bek kanan yang berperan besar mengantarkan timnas Perancis masuk ke babak semifinal Piala Dunia 1982. Ia sebenarnya bisa membuat negaranya melaju ke final jika saja tendangan kerasnya di menit-menit terakhir dalam partai semifinal melawan Jerman Barat tidak membentur mistar gawang. Sayang, Perancis akhirnya tersingkir setelah kalah dalam babak adu penalti. Empat tahun setelah turnamen ini, Amoros kembali berhasil membawa Perancis masuk babak semifinal sekaligus terpilih sebagai bek kanan terbaik Piala Dunia 1986.
1986: Enzo Scifo (Belgia)
Enzo Scifo adalah seorang playmaker kreatif asal Belgia yang memiliki keturunan Italia. Ia menunjukkan kualitasnya dalam Piala Dunia 1986 di Meksiko, di mana ia berhasil membawa Belgia masuk ke babak semifinal sebelum dikalahkan oleh Argentina yang akhirnya keluar menjadi juara turnamen. Dalam kompetisi ini, Scifo berhasil mencetak dua gol, salah satunya adalah gol penting yang membuat Belgia mengalahkan Uni Soviet dengan skor 4-3 di babak 16 besar.
1990: Robert Prosinecki (Yugoslavia)
Prosinecki adalah seorang pemain tengah asal Yugoslavia yang banyak dipuji karena kemampuan dribbling dan playmaking-nya yang sangat luar biasa. Dalam Piala Dunia 1990 yang diselenggarakan di Italia, Prosinecki berhasil membawa Yugoslavia melaju hingga babak perempatfinal sebelum disingkirkan oleh Argentina melalui adu penalti. Delapan tahun kemudian, bersama dengan timnas Kroasia, Prosinecki berhasil menjadi juara ketiga dalam Piala Dunia 1998.
1994: Marc Overmars (Belanda)
Marc Overmars adalah seorang winger yang sangat cepat dan lincah. Dalam Piala Dunia 1994, Overmars sedang berada dalam periode keemasan karirnya bersama Ajax Amsterdam. Saat itu, ia baru berusia 21 tahun namun sudah dipercaya menjadi pemain utama tim Oranje. Walaupun Belanda tersingkir di babak perempatfinal karena kalah dari Brazil, penampilan Overmars mencuri perhatian publik. Alhasil, ia pun dinobatkan sebagai pemain muda terbaik dalam turnamen ini.
1998: Michael Owen (Inggris)
Masih berusia 18 tahun, Owen mencetak sebuah gol yang fenomenal di pertandingan babak 16 besar melawan Argentina. Owen berlari dari tengah lapangan, menggiring bola dengan penuh percaya diri, sebelum menendang dengan keras ke arah gawang Carlos Roa. Hingga kini, gol Michael Owen tersebut dianggap sebagai salah satu gol terbaik sepanjang sejarah Piala Dunia. Sayang, gol tersebut tak mampu membawa Inggris melaju ke babak selanjutnya karena mereka kalah dalam adu tendangan penalti.
2002: Landon Donovan (Amerika Serikat)
Dalam turnamen ini, Amerika Serikat adalah tim underdog yang diprediksi akan tersingkir di babak awal. Ternyata prediksi tersebut salah, dan hal itu disebabkan oleh penampilan gemilang Landon Donovan. Donovan membawa negaranya melaju hingga babak perempatfinal, mengalahkan tim-tim yang jauh lebih diunggulkan seperti Portugal dan Meksiko. Dengan total dua gol yang ia cetak dalam turnamen, Donovan yang saat itu masih berusia 20 tahun dinobatkan sebagai pemain muda terbaik Piala Dunia 2002.
2006: Lukas Podolski (Jerman)
Bersama dengan Miroslav Klose, Podolski adalah striker utama timnas Jerman dalam Piala Dunia 2006. Walaupun Jerman gagal memenuhi ekspektasi publik dan hanya menduduki peringkat ketiga, Podolski menunjukkan performa individu yang menawan dalam turnamen tersebut. Ia total mencetak tiga gol, dua diantaranya dilesakkan dalam pertandingan penyisihan grup melawan Swedia. Permainan enerjik dan ketajamannya membuat Podolski yang masih berusia 21 tahun dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Dunia 2006.
2010: Thomas Muller (Jerman)
Dalam turnamen ini, Muller dipercaya mengenakan nomor punggung keramat, 13, nomor yang sebelumnya dipakai oleh Michael Ballack dan striker legendaris Gerd Muller. Terbukti, dengan nomor tersebut Muller berhasil tampil luar biasa menawan. Ia berhasil menjadi top skorer turnamen dengan lima gol sekaligus terpilih menjadi pemain muda terbaik. Tak hanya itu, Muller juga berhasil membawa Jerman menduduki peringkat ketiga dan mengalahkan dua musuh bebuyutan mereka, Inggris dan Argentina, dengan skor telak.